Penghancur Sepakbola Italia
Sebuah umpan silang panjang pada menit ke 117 babak perpanjangan waktu, dari pertahanan sebelah kiri timnas italia berhasil disundul dengan baik oleh Ahn jung Hwan. Bola meluncur deras tepat berada di pojok kiri gawang Gianluigi Buffon, membuat sang kiper hanya bisa tepaku melihat gerak bola. Sekor 2-1 segera memudarkan impian timnas Italia untuk lebih lama lagi berada di putaran final Piala Dunia 2002 Jepang-Korea Selatan. Ahn Jung Hwan, sang pencetak gol seketika menjadi musuh bersama publik Italia.
Publik Korea menyebutnya “The Lord of the Ring”
Sebelum putaran final piala dunia 2002 yang diselenggarakan di Jepang dan Korea, tidak seorangpun yang kenal dengan nama Ahn Jung Hwan. Publik lebih mengenal nama David Beckham, kapten timnas Inggris, Francesco Totti, andalan lini depan timnas Italia, Ronaldo, si gigi tongos calon kuat top scorer punya tim Samba, ketimbang mengenal nama yang disebutkan di atas. Mungkin hanya publik Korea Selatan saja yang tahu nama itu, tetapi setelah satu golnya ke gawang gianluigi Buffon, nama Ahn Jung Hwan menjadi buah bibir media-media seantero dunia. Publik Italia mengecam, tapi banyak juga yang menyanjungnya bak pahlawan.
Ahn Jung Hwan dilahirkan di Paju,Gyeonggi, Korea Selatan pada 27 Januari 1976. Karir profesional Ahn dimulai ketika dia membawa sebuah klub lokal di K-League, Bussan Daewoo Royals pada 1998. Meskipun cuma membela tim ini selama tiga tahun, Ahn berhasil menorehkan prestasi yang tidak mengecewakan. Dia berhasil menyematkan namanya sebagai pesepakbola terbaik K-League, liga lokal Korea Selatan, tahun 1999. Karena prestasinya itu, Ahn membuat salah satu klub di liga Serie A Italia, Perugia, kesengsem kepadanya. Dan pada musim 2000/2001 perugia resmi merekrut pemain yang gemar mencium cincin di jarinya tatkala mencetak gol ini dengan setatus pemain pinjaman. Karena kegemarannya mencium cincin setalah mencetak gol, masyarakat Korea Selatan menyematkan sebutan “The Lord of the Ring” kepada pemain bernomor punggung 19 ini.
Namun, keinginannya untuk berlama-lama menikmati atmosfer sepak bola Eropa, terutama Italia lenyap sudah. Publik Italia kadung memusuhinya, karena dianggap sebagai biang tersingkirnya Italia di putaran final piala dunia 2002 Korea-Jepang. Dia pun berlabuh kembali ke persepakbolaan Asia dan bergabung dengan salam satu tim di Liga Jepang, Liga Korea dan terakhir Liga Cina.
Dan Italia pun tersungkur di menit ke-117
Pagi tanggal 18 Juni 2002 Ahn Jung Hwan bangun dari tidurnya dengan perasaan gundah-gulana. Malam nanti dia akan menghadapi Italia. Seperti yang diketahui bahwa selama dua tahun terakhir ini dia bermain pada salah satu klub Liga Italia, Serie A, Perugia. Dan malam itu pula dia akan diuji jiwa patriotismenya, membawa Korea Selatan terus melaju ke babak selanjutnya atau “menyerah” kepada Italia.
Tekanan yang dirasakan Ahn sangat bertubi-tubi, konon dia juga mendapat ancaman dari para mafioso sangar dari Italia agar tidak mencetak gol ke gawang Gianluigi Buffon. Klub yang dia bela selama dua tahun terakhir, Perugia, juga mengharapkan dia menghormati Italia, bahkan dia juga diberi janji akan mendapatkan fasilitas dan bonus dari klubnya itu jika dia mampu untuk memberi jalan Italia maju ke babak perempat final. Ahn benar-benar berada di persimpangan jalan, memilih antara dua hal yang sangat kontradiktif. Menguji integritasnya sebagai putra Korea sejati, atau memilih untuk melempangkan jalan masa depannya sebagai pemain sepak bola profesional.
Stadion Daejon yang berkapasitas kurang lebih empatpulunribu kursi telah dipadati oleh penonton, kebanyakan memakai atribut berwarna merah,warna kebanggaan timnas Korea Selatan. Bahkan diberitakan bahwa masih banyak pendukung timnas Korea Selatan yang berada di luar Stadion.
Pertandingan Korea Selatan melawan Italia berlangsung cukup ketat, alot dan cederung keras. Wasit beberap kali mengeluarkan kartu dari saku kaosnya untuk melancarakan jalannya pertandingan. Italia memimpin terlebih dahulu lewat sebuah gol yang dilesatkan oleh Cristian Vieri pada menit ke-18. Sebenarnya Korea Selatan mampu untuk unggul terlebih dahulu jika Ahn Jung Hwan mampu mengkoversi tendangan penalti menjadi gol, sayang tendangannya terlalu lemah untuk menjebol gawang yang dijaga oleh kiper nomer satu Italia, Gianluigi Buffon. Harus kita cermati pula, apakah kegagalan Ahn mengeksekusi pinalti buntut dari kegundahannya menjelang pertandingan atau ini karena murni kesalahan Ahn sebagai eksekutor pinalti yang kurang baik?
Korea Selatan tidak menyerah sampai di situ. Perjuangat terus berlanjut. serangan demi serangan terus dilancarkan ke daerah pertahanan Italia. Bek-bek timnas Italia kelihatan semakin panik menghadapi serangan anak-anak Korea yang bertubi-tubi. Meski demikian Italia masih merasa berada di atas angin karena sampai menit ke-87 sekor masih 1-0 untuk keunggulan timnas Italia. Ketika waktu masih menyisakan dua menit, Italia tiba-tiba dikejutkan gol balasan Korea Selatan menit 88’ oleh Seol Ki-Hyon.
Gol itu disambut gemuruh suka cita penonton tuan rumah di stadion Daejon. Seakan mendapat tenaga baru, Korea terus menekan Italia untuk mencari kemenangan. Sebelum peluit panjang ditiup oleh wasit, sebuah tendangan salto mengancam gawang Buffon, untung saja sang penjaga gawang nomer satu Italia mampu menggagalkannya dengan baik. Kedudukan imbang sampai peluit panjang tanda pertandingan usai dan pertandingan terpaksa dilanjutkan dengan babak pertambahan waktu.
Pada babak perpanjangan waktu itu, tekanan kepada Italia semakin menjadi-jadi. Timnas Korea Selatan seakan-akan menujukkan dan berteriak “Ini Kandang Kami”. Tekanan kepada Italia semakin besar ketika playmaker mereka, Francesco Totti diusir oleh wasit Byron Moreno menit 103’ karena dianggap telah melakukan diving di depan gawang Korea Selatan. Dan, Ahn Jung Hwan seakan menemukan jati dirinya sebagai seorang warga negara Korea Selatan sejati setelah melihat heroisme yang ditunjukkan kawan-kawannya sepanjang pertandingan.
Dan puncaknya adalah, ketika serangan balik dari arah kanan pertahanan Italia telah berjalan dengan semestinya. Sebuah umpan silang menuju jauh ke pojok gawang “Gigi” Buffon berhasil disundul dengan manis oleh Ahn Jung Hwan, pemain yang selama pertandingan mendapat perhatian khusus dari publik Italia. Seakan tidak memerdulikan keadaan disekilinggnya, Ahn berlari kencang ke pinggir lapangan dan meluapkan kegembiraanya dengan sejadi-jadinya. Ahn adalah pahlawan bagi Korea Selatan, karena untuk pertama kalinya Korea Selatan melaju ke babak perempatfinal selama sejarahnya mengikuti perhelatan pesta Piala Dunia.
Akan tapi tidak bagi publik Italia. Gol itu telah meluluhlantakkan angan Italia untuk menjadi juara setelah puasa gelar Piala Dunia selama kurang lebih dua dasawarsa. Dan Italia harus angkat koper dan pulang lebih dahulu mengikuti Prancis, Argentina, Portugal dan Spanyol.
Untuk kedua kalinya Italia terkapar oleh tim Korea, setelah Korea Utara pada piala dunia tahun 1966, kini giliran Korea Selatan yang menggulung mereka dalam ajang Piala Dunia 2002 Korea-Jepang.
Luciano Gaucci: “Anda Tidak Akan Pernah Menginjakkan Kaki di Perugia Lagi”
Mungkin Ahn Jung Hwan tidak pernah menyangka bahwa gol yang dia lesatkan ke gawang Italia menit ke-117 babak perpanjangan waktu akan berbuntut panjang seperti yang dia alami saat ini. Karena gol inilah, dia kehilangan mata pencahariannya sebagai pesepakbola di tanah Italia. Karena golnya inilah menyebabkan dia menjadi Publik Anemy masyarakat Italia secara keseluruhan. Dan kerana golnya inilah dia mencatatkan namanya di papan sejarah pesepakbolaan Korea Selatan. Sebuah gol yang hebat, kontradiktif dan penuh dengan kontroversi.
Segera setelah kekalahan Italia atas Korea Selatan, Luciano Gaucci menyatakan telah memecat aset masa depannya itu itu. Dalam statement-nya dia mengatakan, “anda tidak akan pernah menginjakkan kaki di Perugia lagi. Saya tidak mempunyai niat untuk menggaji orang yang telah merusak persepakbolaan Italia”. Pernyataan Gaucci seolah diamini oleh segenap publik Italia yang tentunya sangat kecewa dengan kekalahan Italia.
Alasan Gaucci memecat Ahn Jung Hwan dari skuad Perugia tidak hanya karena dia telah menyebabkan kekalahan bagi Italia, tapi karena selama membela Perugia di level domestik Ahn Jung Hwan tidak mampu memberi sesuatu yang maksimal bagi Perugia, dalam 29 partai yang dia lakoni bersama Perugia dia hanya mencetak lima gol. Jauh dari kata memuaskan untuk seorang pemain yang dicap sebagai pemain terbaik K-League kurun waktu 1999. Berbeda halnya dengan apa yang dia torehkan bersama timnas Korea Selatan. “dia kelihatan sangat fenomenal hanya ketika berhadapan dengan Italia”, ungkapnya kepada La Gazzetta dello Sport.
Cerce Cosmi, pelatih Perugia waktu itu tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong anak buahnya itu. “Ahn adalah pemain yang mempunyai potensi cukup tinggi. Dalam masalah ini saya tidak bisa berbuat apa-apa kala menejemen klub sudah memutuskan kontraknya musim depan”, ungkapnya. Begitu pula dengan FIFA, federasi sepakbola tertinggi seantero jagad. FIFA juga tidak bisa berbuat banyak untuk menanggapi masalah ini, bahkan cenderung tidak mau tahu. Melalui Direktur Komunikasinya, Keith Kooper menyatakan penolakannya untuk mencampuri urusan ini.”ini adalah urusan si pemain dengan klub. Ini tidak untuk kami campuri, karena tidak seorang pun yang melapor pada kami (perihal ini)”, dalihnya seperti yang dikutip oleh BBC Sport.
Ahn Jung Hwan akhirnya resmi meninggalkan Italia, dan meninggalkan Eropa. Dia memilih kembali ke Asia dan bergabung bersama klub anggota J-League, Shimizu S-Pulse. Setelah satu musim bersama Shimizu, dia berlabuh ke klub anggota J-League lainnya, Yokohama Marinos sampai pertengahan 2005. Setelah merasa sukses di Jepang dia memilih untuk kembali mengadu nasib di Eropa lagi. Dia memilih FC. Metz sebagai klub pertamanya setelah didepak oleh Perugia. Sempat ada tawaran untuk mengikuti training di klub anggota liga Inggris, Blackburn Rovers, tapi dua kali dia gagal menunjukkan performa terbaikknya. Nasib baik rupanya masih berpihak kepadanya, Februari 2006 sebuah klub anggota Bundesliga sepakat untuk memakai tenaga Ahn. Kali ini nasib baik enggan untuk mendekat kepadanya, dia gagal total menunjukkan performa terbaiknya dalam comeback-nya ke Eropa. Dia memutuskan untuk kedua kalinya kembali ke Asia. Dia memilih Korea pada awalnya, dan sekarang dia terdampar untuk membela sebuah klub anggota liga Cina.
Sungguh besar efek yang dihasilkan oleh gol Ahn ke gawang Italia pada PD 2002. Dia seakan-akan menjadi pesakitan dunia sepak bola. Bolak-balik Eropa-Asia hanya untuk mencari peruntungan dan peningkatan performa. Tidak mungkin Ahn kembali ke Italia lagi, publik Italia sudah kadung benci kepanya, kepada golnya yang merusak Italia.
Meskipun demikian, dia adalah pahlawan Korea. Dia telah menorehkan tinta emas sejarah persepakbolaan Korea. Di mata orang Korea Ahn Jung Hwan tetaplah The Lord of the Ring yang akan selalu mencium cincin di jarinya setelah mencetak gol