Minggu, 28 November 2010

Uny, wi-fi dan egoism

Beberapa hari yang lalu, ketika saya melewati Garden Café (GC)—Café punya UNY—tidak tahu kenapa saya tertarik mengamati beberapa orang yang sedang duduk-duduk di beberapa kursi yang disediakan café itu, sebagian juga ada yang lesehan. Tidak seperti biasa, yang agak cuek mengamati GC, kali ini aku begitu memperhatikan pemandangan di beberapa sudut GC itu. Orang-orang terlihat begitu khusu’, bukan karena mereka sedang berdzikit atau bermunajat kepada Tuhan-tuhan mereka, melainkan mereka khusu’ dengan tidak hentinya tangan mereka memainkan kurson laptop-laptop di depan mereka.

Dalam hati, muncul sedikit nada bangga dengan fenomena ini. Bagaimana tidak? Nampaknya kita sudah lagi terjangkit virus-virus gaptek, karena ternyata sudah banyak mahasiswa UNY yang megang laptop—dalam artian sudah pada punya laptop. Namun ada hal aneh yang juga saya tangkap dari sekilas pengamatan saya. Yaitu GC terlihat sepi, tidak ada cengkrama antara satu dengan yang lain, tidak ada diskusi kere, dan tidak ada saling sapa dan tutur. Semuanya terlarut dalam ruangan semu yang bernama internet.

Sekitar tiga tahun yang lalu—kalau aku tidak lupa—UNY marak sekali isu wi-fi, jadi dimana-mana, di antero sudut UNY akan bisa digunakan untuk internetan. Sontak, ini menjadi berita bahagia bagi mereka yang biasa berselancar ke dunia maya, termasuk saya tentunya. Caranya pun mudah, tinggal datang ke (Pusat Komputer) PUSKOM UNY, kita registrasi di sana. Akan tetapi berbeda halnya dengan yang tidak megang laptop—salah satunya saya—karena hanya bisa mlongo, tidak jelas.

Sebenarnya buka itu masalahnya—kasihan bagi yang tidak punya laptop—melainkan ada dampak jangka panjang lain, yang saya kita akan mengancam ekosistem kehidupan kampus UNY. UNY satauku ketika pertama datang ke Jogja adalah representasi kampus menengan ke bawah semacam saya, kini nampaknya mulai beranjak dari status itu. Selain itu adalah semakin berkurangnya budaya ngobrol di kalangan Mahasiswa. Mereka lebih asik berselancar dengan teman-teman maya mereka, dari pada menolong temannya yang jatuh terpelese lantai yang habis dipel oleh cleaning servis. Nampaknya, hawa-hawa egoisme mulai menjangkiti mahasiswa UNY. Ada ruang baru yang telah mereka ciptakan di balik semakin menyempitnya ruang-ruang diskusi bagi mahasiswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar